Payakumbuh, JangkarPost.com-- Wali Kita Payakumbuh Riza Falepi menyampaikan kalau setiap Teknologi Informasi atau IT yang dibangun ada targetnya, tidak asal bahasa efisiensi dan sekedar dipakai. Riza Falepi adalah orang yang pendidikannya berlatar belakang IT dan tamatan ITB, tentu saja Riza paham kebutuhan kota yang dipimpinnya itu.
Dalam suatu diskusi dengan media tentang IT, beberapa waktu lalu, Riza pernah mengatakan kalau yang dibutuhkan saat ini adalah IT murah seperti Payakumbuh, tapi sudah bisa melayani kebutuhan dasar. Bukan IT yang mahal, Payakumbuh adalah sedikit contoh kota yang mampu menghadirkan IT murah tapi berkualitas dari sekian banyak daerah di Indonesia.
“Bisa jadi baru Payakumbuh yang mampu dengan dana murah membangun IT dengan baik. Berbahagialah kita Payakumbuh dengan anggaran yang sangat terbatas masih mampu memberikan layanan yang baik. Bahkan sampai ke kantor camat, lurah, sekolah sedang dipasang jaringan fiber optik untuk melayani semua kebutuhan,” kata Riza, Selasa (19/1).
Bahkan, Riza memaparkan itupun dinilai BPK sangat murah dari seharusnya investasi di tempat lain. Untuk fiber optik se Payakumbuh hanya 2 Miliar, kalau daerah lain bisa 40-50 Miliar, tentu masih banyak kekurangannya, tapi setidaknya Payakumbuh tidak tertinggal dengan kota lain seperti Surabaya yang belanja ITnya rata-rata lebih dari 100 Miliar per tahun.
“Bandingkan kita yang hanya 3 milyaran per tahun, secara audit kinerja oleh BPK, anggaran IT Payakumbuh jauh lebih baik untuk setiap rupiah yang dipakaikan. Dengan anggaran yang sangat rendah, kita sudah memiliki IT yang memadai dan sudah bisa bekerja setara kota Padang, Bandung, dan beberapa kota lain di Indonesia,” kata Riza.
Sebagai contoh, server IT Kota Payakumbuh hanya dengan 300 juta rupiah sudah beres dan sanggup melayani kota. “Bandingkan Bandung yang butuh 12M, seperti bumi dan langit,” tukuknya.
Riza juga menyampaikan contoh yang baik lainnya adalah IT PDAM yang dibangun sendiri. Sebelumnya IT PDAM dibeli yang sudah jadi, tapi kata Riza kelemahannya adalah ketergantungan dengan orang lain dalam pemeliharaan (maintainance) dan operasionalnya, menurut Riza itu tidak baik.
“Pernah saat pandemi pelanggan menumpuk di PDAM saat membayar tagihan bulanan adalah contoh betapa pentingnya punya IT sendiri dan itu sudah kita bereskan. Demikian juga antri di rumah sakit, tidak perlu dari subuh kalau pakai IT, sehingga waktu bisa dihemat,” paparnya.
Banyak pemakaian lain dan termasuk semua pelayanan di Mal Pelayanan Publik (MPP) Payakumbuh berbasis IT. Sebagai contoh, cukup 15 menit membuat KTP, cukup sebentar buat paspor, dan lain-lainya.
*Aplikasi Bagi ASN, Perjalanan Dinas Dipantau*
Kata Riza, transformasi dari manual ke sistem pemerintah berbasis IT tentu ada ditemukan pejabat yang gagap IT atau teknologi (gaptek), tapi secara bertahap pejabat yang tua-tua tentu akan digantikan oleh yang muda dan mampu, pejabat yang sudah tua nantinya akan pensiun, kata Riza tak perlu terburu-buru dalam hal ini.
“Tidak bisa IT harus dipaksakan ke setiap orang tapi secara bertahap dia akan mengikuti. Sebuah kebodohan bila kita menganggap dengan adanya IT semua akan beres, padahal ASN tidak bisa diberhentikan atau dipecat kalau tidak bersalah sesuai aturan. Tidak ada aturan ASN tidak bisa IT akan dipecat,” kata Riza.
Hal ini mengingat Payakumbuh sudah menerapkan aplikasi E-SPPD bagi ASN yang melaksanakan tugas keluar daerah, dalam penerapannya masih dikomunikasikan ke pemegang otoritas. Menurut Riza adalah wajar-wajar saja karena tujuannya dibuat bukan sekedar otomatis, tapi untuk pergi dinas ke luar kota tentu ditelisik juga dan tidak asal oke di atas IT saja.
“Perlu dicek kalau itu dianggap pemborosan ketika ke luar. SPPD ke luar kota, perlu dicek kalau yang pergi terlalu banyak, dan lain-lain. Siapa yang tidak ingin jalan-jalan gratis? Dibiayai uang negara? Pemberi otorisasi perlu tahu. Terus dimana efisiennya ? Yang jelas kertas tidak diperlukan lagi, artinya anggaran alat tulis kantor bisa dikurangi,” tukuk Riza.
Kedua, menurut Riza, dengan hadirnya E-SPPD bisa dilakuakan pemantauan oleh pimpinan serta riwayat perjalanan dinas dan indikasi ‘kenakalan’ ASN.
“Terjadi penghematan biaya perjalanan di kalangan ASN. Jangan karena masih berkoordinasi terus menganggap IT tidak perlu adalah terlalu naif,” kata Riza.
*Pelelangan Proyek Pakai IT, Tak Ada Main Mata*
Dalam pelelangan proyekpun Payakumbuh memakai IT yang sangat baik, sehingga tidak bisa lagi ada main mata maupun pengaturan tender, semua jadi transparan. Demikian juga pemasangan CCTV berbasis IT sudah sangat membantu pengamanan berbagai fasilitas dan juga dimanfaatkan polisi untuk pengamanan kota.
“Sangat banyak kepentingan kita dengan dibuatnya IT yang baik untuk kepentingan kota dan dalam rangka membangun pemerintahan yang bersih dan melayani, jadi terlalu dangkal dan dengan ilmu yang relatif cetek ada yang langsung menilai IT Payakumbuh tidak berguna,” ujar Riza menyayangkan.
*Dengan IT, Payakumbuh Hemat Anggaran*
Secara teori, kata Riza buat apa ada IT kalau tidak terjadi penghematan. Secara gamblang saja seperti proyek pengadaan sudah bisa rata-rata menghemat biaya proyek sekitar 20 persen per tahun. Demikian juga dengan IT PDAM yang dibangun sendiri sudah menghemat pengeluaran maintainance perbulan sekitar 15 juta rupiah.
“Masih banyak anggaran lain yang bisa kita hemat seperti ATK dan lain-lain. Jadi jangan melihat dari kulitnya saja. Tantangan kita memang pada cara menghadirkan IT murah tapi kaya fungsi. Karena mayoritas kota/kabupaten di Indonesia seperti Payakumbuh yang APBDnya sangat terbatas,”jelas riza.(007)
Posting Komentar