Padang - Sumatera Barat, khususnya Kota Padang sedang menggalakkan destinasi wisata pantai dan kelautan, dengan cara merelokasi dan meperindah kondisi pantai. Wisata pantai ini diharapkan mampu menarik perhatian turis asing maupun lokal karena keindahan alamnya. Namun demikian, sama dengan permasalahan yang dialami oleh kota-kota besar lainnya, Kota Padang juga tidak lepas dari permasalahan pengelolaan sampah. Mengutip pemberitaan republika.co.id, Kamis (14/7/2022), terdapat sekitar 640 ton sampah per hari yang dikumpulkan dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Air Dingin, Lubuk Minturun. Dari jumlah tersebut sebanyak 30 hingga 40 persen adalah jenis sampah plastik, sementara sisanya sampah non-organik seperti kulit buah, sayuran, dan sebagainya.
Pemulung di Kota Padang banyak yang menggantungkan hidup dari sampah yang dibuang ke TPA. Akan tetapi, selama ini pemulung hanya memungut sampah plastik lalu kemudian menjualnya. Seharusnya para pemulung ini dapat mengelola sekaligus memanfaatkan sampah plastik yang ada. Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas PGRI Sumatera Barat, sebagai salah satu program studi yang memiliki keinginan untuk meningkatkan minat berwirausaha masyarakat tergerak untuk melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada para pemulung dalam hal mengelola dan memanfaatkan sampah plastik. Kegiatan itu dilaksanakan melalui program Pengabdian pada Masyarakat yang rutin dilakukan setiap semester. Kali ini, tim Pengabdian pada Masyarakat yang turun untuk mengedukasi masyarakat dipimpin oleh Wati, M.Pd., dengan anggotanya Sri Rahmadani, S.Sos., M.Si., dan dibantu oleh 3 orang mahasiswa, yaitu Bunga Suci Maharani, Yuhilma Nur Avanti, dan Fachri Ahmad Fauzan.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 2022 dengan peserta sebanyak 30 orang pemulung. Wati menyatakan bahwa pengelolaan sampah plastik sangat diperlukan, mengingat dampaknya pada kesehatan dan lingkungan. Sebab, lanjut Wati, “Maksud dari kami mengedukasi para pemulung ini adalah salah satu investasi kita untuk meningkatkan kreativitas ke pemulung agar mereka bisa pula meningkatkan keadaan ekonomi mereka menuju taraf yang lebih baik”.
Sementara itu, Sri Rahmadani berkata, pengelolaan sampah masih membutuhkan upaya yang lebih serius. Maka, hal seperti pengelolaan sampah perlu dilakukan. Sebagai bagian dari upaya pengelolaan sampah plastik, tim Pengabdian pada Masyarakat memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah menjadi barang-barang yang berguna dan dapat dijual dengan harga yang lebih mahal.
Pada kegiatan penutupan, para pemulung di Air Dingin, Lubuk Minturun berharap agar kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan. Mereka sangat berharap akan memperoleh keterampilan baru dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sampah atau keterampilan bidang lain yang bertujuan untuk peningkatan taraf perekonomian keluarga mereka.**
Posting Komentar